Wakaf Menjadi Kunci Kebangkitan Ekonomi Umat

Wakaf Menjadi Kunci Kebangkitan Ekonomi Umat
Share


Jakarta (wakafnews.com) - Rumah Zakat (RZ) membuat program Literasi Wakaf di Era Pandemi untuk menindaklanjuti hasil survei Indeks Literasi Wakaf tahun 2020 oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang dilakukan di 32 provinsi. Berdasarkan hasil survei tersebut, diketahui bahwa indeks literasi wakaf secara nasional masuk dalam kategori rendah. 

Masyarakat masih memahami wakaf sebatas pada aspek sosial, yaitu memberikan aset tanah kepada pihak lain untuk dikelola dan dimanfaatkan kemaslahatan umat. Ditambah lagi pengelolaannya masih belum maksimal. Sehingga aset wakaf tidak bertambah, belum dapat dikelola dengan baik, dan masyarakat luas belum merasakan manfaatnya.

Padahal ada wakaf produktif yang sejarahnya tercatat dalam berbagai literatur dan buktinya mudah ditemukan saat ini. Wakaf pertama dalam sejarah umat Islam adalah Masjid Nabawi. Pada mulanya area tempat suci itu merupakan lahan para sahabat dan Rasulullah. Semuanya dimanfaatkan untuk masjid yang sejak 1400 tahun lalu dimanfaatkan untuk beribadah.

Menara Zamzam yang terletak di dekat Masjid al-Haram merupakan wakaf Raja Abdul Aziz as-Saud yang dikelola secara produktif. Di sana ada Hotel kelas dunia seperti Pullman, Rottana, Movenpick, pusat perbelanjaan, dan banyak lagi. Keuntungan dari pengelolaan Menara Zamzam dimanfaatkan untuk mengelola Masjid al-Haram, tempat Ka’bah berada yang menjadi kiblat seluruh Muslim di dunia.   

Universitas Al-Azhar Mesir juga merupakan contoh wakaf produktif yang perkembangannya sungguh luar biasa. Aset wakafnya menyejahterakan masyarakat setempat dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pelajar dari berbagai belahan dunia menikmati asset wakaf warisan Dinasti Fatimiyah tersebut.
Indonesia juga memiliki wakaf yang dikelola secara produktif, yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Pondok yang semula seluas sekitar 8 hektare pada tahun 2000-an, kini sudah berkembang pesat. Bahkan cabang-cabangnya tersebar di beberapa provinsi. Di dalamnya terdapat unit usaha yang menggerakkan ekonomi masyarakat setempat. 

Contoh di atas kini menjadi inspirasi beberapa kalangan untuk berwakaf. Di Kabupaten Tanah Paser Kalimantan Timur misalkan, ada Pesantren Trubus Iman yang merupakan wakaf dari Haji Tony Budi Hartono. Area pesantrennya mencapai 30-an hektare. Ini belum termasuk wakaf kebun kelapa sawit yang mencapai 300-an hektare. Di sana juga terdapat unit usaha seperti air mineral yang dikonsumsi masyarakat setempat.

Di Batang, Jawa Tengah, juga terdapat Pesantren Tazakka yang dikelola dengan manajamen wakaf. Aset wakaf berupa tanah yang semula hanya 1,5 hektare, kini sudah meluas hingga belasan hektare. Santrinya sudah mencapai 500an orang dari berbagai daerah di Indonesia.

Fasilitas di sana meliputi masjid, asrama, ruang kelas, dan rumah susun sewa yang dikelola secara profesional. Juga ada amal usaha yang keuntungannya dimanfaatkan untuk kesejahteraan para guru Tazakka dan pengembangan pesantren.

Berdasarkan data Badan Wakaf Indonesia (BWI) pada 2019, potensi aset wakaf per tahun mencapai Rp 2.000 triliun dengan luas tanah wakaf mencapai 420 ribu hektare. Sementara potensi wakaf uang bisa menembus kisaran Rp 188 triliun per tahun. Saat ini potensi wakaf yang terealisasi baru Rp 400 miliar.

Aset wakaf tanah mencapai 337 bidang. Semuanya belum disertifikat. Sedangkan yang sudah bersertifikat mencapai 168 bidang tanah. Data Kementerian Agama menunjukkan jumlah tanah wakaf mencapai 161.579 hektare dengan luas asset wakaf yang tersebar di 366.595 lokasi.

Pengelolaan aset wakaf secara produktif akan menyejahterakan masyarakat setempat. Komitmen yang dipegang adalah profesionalitas, integritas, dan khidmah untuk umat. Ketiganya menjadi acuan untuk mengembangkan aset wakaf agar manfaatnya semakin dirasakan masyarakat luas.

Dengan begitu, semakin banyak masyarakat terdampak perkembangan wakaf. Pendapatan mereka bertambah. Kehidupan semakin berkualitas. Kemudian mereka membagi sebagian harta yang dimiliki kepada kaum dhuafa sekitarnya. Proses ini jika dilakukan secara serius akan semakin meningkatkan ekonomi masyarakat dhuafa sehingga kualitas hidup mereka terus meningkat. Proses ini menjadi upaya dan stimulus kebangkitan ekonomi umat Islam.  

“Sebenarnya, kami telah memulai program Literasi Wakaf ini sejak 2019 dengan meluncurkan kampanye Gelombang Wakaf, yaitu sebuah gerakan untuk mengedukasi masyarakat mengenai wakaf, terutama wakaf produktif,” jelas Chief Wakaf Officer Rumah Zakat Soleh Hidayat.

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, menurut dia, Rumah Zakat telah menggelar kegiatan roadshow Gelombang Wakaf di 22 kota. ‘’Yaitu Jakarta, Depok, Sukabumi, Surabaya, Semarang, Malang, Solo, Yogyakarta, Kediri, Bandung, Cirebon, Tangerang, Bekasi, Cilegon, Pekanbaru, Makassar, Batam, Medan, Aceh, Padang, Palembang, dan Pontianak,” papar Soleh melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (20/7). 

Namun, karena adanya pandemi Covid-19 yang mulai melanda dunia sejak awal 2020, Rumah Zakat pun menghentikan kegiatan roadshow secara offline dan mulai membuat program Literasi Wakaf khusus di era pandemi. Program Literasi Wakaf di Era Pandemi itu digelar melalui kanal-kanal yang memungkinkan tanpa bertatap muka secara langsung. 

Program-program Literasi Wakaf tersebut, di antaranya, kegiatan Gelombang Wakaf secara online dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, edukasi wakaf melalui media sosial yang dilakukan secara berkesinambungan setiap hari, tulisan berseri tentang wakaf di majalah internal Rumah Zakat yang didistribusikan sebulan sekali kepada seluruh donatur. Tulisan wakaf berseri di majalah tersebut telah dibuat sebanyak 19 edisi. 

Rumah Zakat juga telah menerbitkan  buku 101 Tanya Wakaf yang disebarkan kepada para mitra, donatur, masyarakat umum, serta membuat kajian wakaf online yang dilakukan sepekan sekali melalui kanal media sosial.

“Sejak pandemi Covid-19, kami pun telah menggelar 16 kegiatan Gelombang Wakaf Online melalui Zoom, Youtube, Facebook, dan Instagram yang telah ditonton oleh sekitar 50 ribu orang,” kata Soleh. 

Rumah Zakat berharap, program Literasi Wakaf dapat mengedukasi masyarakat Indonesia tentang wakaf dan peranannya dalam membantu pembangunan ekonomi bangsa.

 

Sumber: Republika.co.id

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel