Kesadaran Berwakaf

Kesadaran Berwakaf
Share

Oleh: Juariah Anzib S.Ag

Manusia biasanya memerlukan dorongan dari luar dirinya atau orang lain dalam berbuat kebaikan. Sebagai muslim saling nasihat menasihati dalam kebaikan. Sering bertukar pengetahuan dan informasi tentu bisa membawa manfaat untuk kebaikan bersama. Dengan adanya sharing dapat berbagi pengalaman yang akan menjadi pembelajaran bersama.

Untuk suatu kebaikan, meskipun terkadang kita sudah mengetahuinya, namun bila ada dorongan dan nasihat dari orang lain, akan termotivasi untuk berbuat baik lebih banyak lagi. Justru tanpa ada dorongan atau motivasi, seseorang menjadi lemah, tidak bersemangat atau bahkan  bisa saja lupa berbuat kebaikan,  misalnya berwakaf.

Dari diskusi saya dengan teman-teman guru, banyak masyarakat yang kurang memahami pentingnya wakaf, sehingga kurang termotivasi menjadi wakif. Menurut seorang guru, Rusna SPd, di kampung tempat dia tinggal ada seorang orang tua disarankan oleh anaknya berwakaf sebelum ia meninggal. Namun dia menjawab, “Bila aku wakafkan hartaku, lalu apa yang akan kuwariskan kepada anak-anakku. Bagaimana masa depan mereka nanti.”

Jadi kurangnya pemahaman pentingnya wakaf bagi dirinya, membuat dia khawatir bagaimana nasib anak cucunya di masa akan datang. Padahal, masih ada bagian harta lain yang dapat  diwariskan.  Dia belum menyadari, semakin banyak seseorang meninggalkan harta, maka bisa jadi berpeluang timbul sengketa keluarga yang ditinggalkan. Harta dapat dibagi tiga: sebagian untuk konsumsi, sebagian disiapkan untuk ahli waris dan sebagian lagi dapat diwakafkan.    

Karena itu, betapa beruntung seorang muslim jika mengetahui pentingnya wakaf, dan faedah yang akan diterimanya ketika meninggal nanti. Betapa sayang masyarakat yang masih menganggap sepele wakaf. Wakaf adalah amal yang pahalanya ibarat air mengalir terus menerus tiada henti, hingga harta wakaf tidak digunakan lagi. 

Menurut Rusna, anak-anak sebuah keluar tetangganya, berencana mewakafkan harta atas nama orang tuanya, karena ibunya telah meninggal. Anak yang mengetahui agama, pahala wakaf, infak atau sedekah tentu akan melakukan amal terbaik untuk membantu orang tuanya di alam kubur. Ketika semua amalan yang lain sudah terputus, maka wakaf salah satu amal yang selalu menemaninya sampai hari kiamat datang. Tiga amalan yang selalu bersama di dalam kubur, yaitu sedekah jariah (wakaf), doa anak yang saleh dan ilmu yang bermanfaat.

Selama ini, rendahnya minat masyarakat muslim menjadi wakif, karena kurang wawasan dan pengetahuan khususnya tentang wakaf. Beruntung jika orang tua memiliki anak saleh yang peduli terhadap kelemahan orang tuanya dalam beramal saleh. Demikian pula, alangkah mulia seorang muslim yang telah mempersiapkan dirinya dengan merencanakan untuk berwakaf sebagai persiapan di akhirat nanti.*

Editor: smh

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel