Penghimpunan Dana Wakaf Masih Minim

Penghimpunan Dana Wakaf Masih Minim
Share

Wakafnews.com, Jakarta -- Pengamat Ekonomi Islam dari Universitas Indonesia (UI) Yusuf Wibisono menilai, penghimpunan dana wakaf di era pandemi masih minim. Jika dibandingkan dengan pemanfaatan dana zakat, infak, dan sedekah, wakaf belum populer di kalangan masyarakat. 

“Namun memang harus diakui, penghimpunan dana wakaf ini masih jauh lebih rendah dari penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah,” kata Yusuf.  

Menurutnya, rendahnya penghimpunan dana wakaf disebabkan minimnya literasi dan kesadaran masyarakat terhadap wakaf. Sedangkan literasi dan kesadaran berzakat dinilai cenderung telah lebih banyak diketahui oleh umat.

Padahal dia menjelaskan, selain zakat, wakaf juga memiliki peran yang krusial di era pandemi. Terutama jika pemanfaatan dana wakaf dikaitkan dengan intervensi kesehatan dan intervensi ekonomi. Dalam intervensi kesehatan, dia mencontohkan, terdapat banyak pengadaan yang dapat disediakan melalui dana wakaf.

Keikhlasan kunci sukses 

Keikhlasan adalah ruh dari sebuah amal ibadah.  Keikhlasan  tidak tampak secara zahir namun menjadi dasar amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt. Konsep inilah yang kemudian menjadi fondasi awal berdirinya Yayasan Badan wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang. 

“Keikhlasan dan kesungguhan pengurus YBWSA serta simpati masyarakat (wakaf dan infak) mendirikan amal usaha di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan,” terang Dr Nuridin SAg, MPd, Kepala Bidang Wakaf dan Dakwah YBWSA.  

Ia menekankan, niat dan keikhlasan adalah aspek penting yang mendasari seseorang dalam beraktivitas. “Kenapa? karena niat dan keikhlasan akan melahirkan keberkahan dalam hidup. Keikhlasan inilah yang menjadi cikal bakal kesuksesan YBWSA dalam mengelolah harta wakaf,” ujarnya. 

Badan wakaf yang berubah menjadi Yayasan Badan Wakaf pada tahun 1950 atau yang kini dikenal dengan YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung) merupakan bentuk badan wakaf yang didirikan oleh ulama, pengusaha dan aktivis Muslim pasca perang dunia pertama. Badan wakaf ini hanya fokus pada dua bidang yaitu pendidikan dan kesehatan karena dua aspek ini penting untuk meningkatkan kulitas umat.

Siapa sangka YBWSA yang saat ini mengelola sekitar 40 hektar lahan ternyata berawal dari wakaf 400 m2. “Pada awal berdirinya modal dasar yayasan hanya 400 m2, diibaratkan sebuah luas ruangan 20x20 meter persegi  dimana bangunannya berasal dari salah seorang warga Muslim di Kauman, Semarang dan bangkunya dari Muhammadiyah. Namun, perlu ditekankan bahwa yang menjadi modal penting di sini adalah keikhlasan dan kesungguhan para pendiri dalam mengelolah harta wakaf,” tegas Nuridin. 

Selama kurang lebih 70 tahun mengelola harta wakaf, YBWSA membuktikan betapa keikhlasan para pendiri dan komitmen para pengurus yayasan telah melahirkan keberkahan dan dirasakan manfaatnya oleh umat. Sebagai yayasan yang fokus pada pendidikan dan kesehatan, saat ini YBWSA memiliki tiga TK/PAUD, lima  SD, tiga  SMP, satu  universitas yaitu Universitas Islam Sultan Agung (Unisula) yang terdiri dari 12 fakultas (38 Prodi) dan satu RS yaitu Rumah Sakit Islam Sultan Agung yang menjadi rumah sakit Islam pertama di Indonesia. 

Dalam pengelolaannya,  kata dia, YBWSA sangat berhati-hati dalam memelihara dan menjaga harta wakaf. Untuk itu kenapa hingga saat ini pengelolaan harta wakaf masih terpusat ke yayasan atau sentralisasi. Seluruh uang itu masuknya ke yayasan dan tidak ke sekolah atau ke Unisula. Sehingga,  mudah dikontrol sampai pengadaan alat pendukung pendidikan, yayasan juga yang melakukan.

“Misalnya, pembelian alat kesehatan itu mahal hingga miliaran, Rumah Sakit hanya menyerahkan spesifikasinya kepada kita kemudian yayasan yang melakukan tawar-menawar,” tuturnya. 

Begitu pula saat Unisula atau sekolah ketika membutuhkan laboratorium, dipersilakan, tapi bukan mereka yang menawar. “Hal ini bukan karena pengurus tidak percaya kepada  mereka tapi kita tidak akan pernah tahu setan bisa masuk dari segala pintu. Pada dasarnya yayasan juga berpeluang untuk bocor tapi kami usahakan untuk rapat terus,” tegas Nuridin.

Nuridin menekankan tiga  prinsip YBWSA dalam pengelolaan wakaf setelah keikhlasan dan komitmen. Pertama adalah takwa. Para pengurus yayasan berkomitmen untuk senantiasa membiasakan sembilan amalan sunnah harian Rasulullah saw dan membangun ekosistem halal. Yaitu, mulai membelanjakan harta wakaf dari produk-produk umat serta menjamin kehalalannya seperti makanan dan obat di rumah sakit.

Kedua, yaitu ilmu, dan yang ketiga adalah jamaah. Hal ini  termotivasi  Quran Surat  As-Shaf ayat keempat bahwa jamaah kokoh adalah yang dicintai oleh Allah.

“Nilai keberkahan hanya akan didapat dari keikhlasan dan kesungguhan para pendiri serta komitmen pengurus saat ini untuk terus menjaga harta wakaf, karena ini adalah amanah,” papar Nuridin.*

Sumber: Republika.co.id 

Editor: smh

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel