Rumah Bides Dibangun di Atas Tanah Wakaf

Rumah Bides Dibangun di Atas Tanah Wakaf
Share

Oleh: Juariah Anzib S. Ag

Gampong (Desa) Payaroh Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, merupakan gampong tempat saya dibesarkan hingga menjadi guru seperti sekarang ini. Gampong ini pernah menjadi binaan Pelajar Islam Indonesia (PII) 1992 lalu. Kini gampong tersebut semakin maju dan makmur. Bertambahnya penduduk yang berasal dari berbagai daerah, membawa pengaruh dalam berbagai sisi kehidupan masyarakat. Namun tetap berada di bawah semangat persatuan dan kesatuan yang begitu erat. Tak mudah terombang ambing meskipun banyaknya pendatang yang jadi warga gampong dan berbaur dengan penduduk asli. 

Sebagaimana di gampong lain, Payaroh memiliki beberapa lokasi tanah wakaf. Menurut Keuchik (Kepala Desa) Payaroh, Marzuki SAg, tanah wakaf pertama dengan lahan berukuran lebar 10 dan panjang 20 meter. Lokasi ini, dulu, digunakan sebagai tempat pemakaman. Namun sekarang atas kesepakatan warga, kuburan yang ada di tanah tersebut dibongkar dan dijadikan satu kuburan di pojok tanah sehingga tidak lagi tersebar. Tanah yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.

Di tempat lahan kosong tersebut telah dibangun Rumah Bidan Desa (Bides), dengan ukuran lebar 8 dan panjang 10 meter. Rumah ini ditempati Bides yang bertugas di Payaroh. Dengan demikian, tanah wakaf bermanfaat bagi masyarakat gampong. Khusus bagi masyarakat miskin yang berekonomi kemah, mereka sering berobat pada Bides sebagai pertolongan pertama, khususnya ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Manfaat Rumah Bides, menurut Marzuki, sangat dirasakan masyarakat, termasuk orang lanjut usia (Lansia) yang susah mencari obat di tempat yang jauh. “Warga merasakan manfaatnya, karena Bides senantiasa berada di tempat kapan pun dibutuhkan,” kata Marzuki. 

Marzuki menambahkan, selain tanah wakaf lokasi Rumah Bides, masih ada dua lokasi lagi tanah wakaf yang dikelola Gampong Payaroh. Saya meninjau langsung tanah tersebut, yang berukuran lebar 30 dan panjang 15 meter dan telah dibangun lima unit toko berlantai satu dan lantai dua. Toko tersebut disewakan untuk pendapatan gampong, dengan ketentuan sewa, yang satu lantai seharga Rp 4 juta pertahun, dan yang dua lantai Rp 8 juta pertahun. Toko tersebut lengkap dengan listrik dan satu kamar sebagai tempat tinggal. 

“Toko tersebut sudah ada penyewanya,” kata marzuki. Menurut dia, hasil sewanya dicatat sebagai Pendapatan Hasil Gampong (PHG) di bawah tanggung jawab Bendahara Gampong. Dananya diperuntukkan bagi warga secara merata yang dicairkan setiap Peringatan Hari-Hari Besar Islam (PHBI), seperti peringatan maulid Nabi Muhammad saw, dan Nuzulul Qur'an. Warga tidak bersusah payah mengumpulkan dana untuk masak kuah beulangong, karena sudah ditanggung dengan hasil wakaf. Ini sangat membantu warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. 

Selain itu, dana PHG juga difungsikan untuk peringatan HUT RI 17 Agustus dengan mengadakan aneka lomba. Digunakan juga untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin, pembayaran jerih pelaksanaan fardhu kifayah, dan keperluan mendesak lainnya. “Meskipun hanya sekadar, namun sangat besar manfaat dan maknanya,” kata Marzuki. 

Satu lagi lokasi tanah yang baru-baru ini diwakafkan dengan ukuran 1000 meter. Suatu hal yang mengharukan, setelah satu minggu tanah tersebut diwakafkan, wakif pun meninggal dunia. Subhanallah. Seperti sebuah firasat, seakan wakif merasakan kalau dirinya tidak lama lagi akan menghadap sang Khalik. Beruntungnya wakif, ibarat menanam pohon, sekarang tinggal memetik hasil di alam kubur. Menikmati hasil panen yang telah ia tanam hingga akhirat nanti. 

Tanah wakaf tersebut sekarang masih kosong dan belum diproduktifkan. Namun menurut Marzuki, dalam waktu dekat akan dibangun beberapa unit rumah sewa. Aset wakaf itu dapat diproduktifkan yang hasilnya digunakan untuk kemakmuran warga. Rumah sewa akan segera dibangun dan disewakan, agar membawa keberkahan kepada wakif dan manfaat dirasakan maukuf alaih. 

Semoga menjadi inspirasi bagi calon wakif lain, tidak usah menunggu lama, karena kematian datang tiba-tiba, tanpa permisi terlebih dahulu. Rasulullah saw bersabda, bahwa yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Mari mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan berbekal amal jariah.*

Editor: smh

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel