Tumbo Baro Produktifkan Wakaf

Tumbo Baro Produktifkan Wakaf
Share

Oleh: Nurzaitun, S.Pd.I.

Saya berjumpa dengan sosok yang dikagumi banyak orang Aceh Besar, 19 Januari 2021, pukul 17.15 WIB. Perjumpaan kami bukan hanya kebetulan, tetapi saya diundang untuk agenda rencana penulisan buku.

Sungguh anugerah luar biasa Allah SWT berikan.  Kartunya hanya satu, yaitu menulis buku. Berjumpa dengan pejabat itu bukan hal yang mudah, tapi dengan menulis buku, insya Allah semua jadi mudah. Maka jadilah penulis buku. Tentu buku yang bermanfaat untuk umat. 

Pertemuan kami di Taufik Kopi, Lambaro Kaphe, Aceh Besar. Untuk menghindari fitnah, saya didampingi suami dan anak. Langsung saja saya memenuhi undangan H Khalid Wardana SAg MSi, Keuchik Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar. Dia memiliki segudang prestasi tingkat daerah maupun nasional. 

Awalnya, dia menjabat sebagai penyuluh fungsional (penyuluh PNS). Dia kemudian menjabat sebagai Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Kasi Bimas Islam) Kemenag Aceh Besar 2018-2019, yang membidangi zakat dan wakaf. Sekarang Kasubag Tata Usaha Kemenag Aceh Besar, yang  baru dijabatnya tiga bulan. 

Sebagai Keuchik (Kepala Desa) Gampong (Desa) Tumbo Baro, Aceh Besar tahun 2015- 2021, di tangan dia  Tumbo Baro yang biasa-biasa saja, menjadi gampong istimewa dan terkenal dengan prestasi nasional. Contoh bagi gampong lain. Tentu itu semua, atas izin Allah SWT. 

Prinsip dia "ketika kita diberi jabatan, maka kita harus amanah". Bukan perkara mudah memegang sebuah jabatan, karena jabatan itu amanah dari Allah SWT yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat. Khalid menambahkan, "Akan berupaya maksimal menjaga amanah tersebut".

Wakaf produktif

Dalam bincang-bincang tentang agenda penulisan buku, kami juga membicarakan tentang pengelolaan wakaf. Ternyata, di Tumbo Baro terdapat banyak aset tanah wakaf produktif. Aset tanah wakaf ada yang wakifnya perseorangan dan wakif gabungan: 13 petak tanah sawah, lima petak tanah kebun, dan sepuluh petak lahan kosong.

Tanah sawah yang 13 petak itu digarap warga Tumbo Baro sendiri. Uniknya, penggarap tanah sawah, hanya bisa menggarap tanah wakaf sawah tersebut dua kali saja. Dengan demikian, pembagiannya adil dan warga lainnya juga bisa terbantu dalam pemberdayaan ekonomi. 

Hasil sawah dibagi tiga bagian, dua bagian untuk penggarap dan satu bagian lagi untuk Meunasah (mushalla kampung). Sawah tersebut setiap tahun digarap dua kali yang hasil kotor Rp 10 juta pertahun. Hasil bersih Rp 5 juta sampai Rp 6 juta pertahun untuk Menasah. 

Tanah kebun karena sifatnya musiman panennya juga musiman. Tanamannya berupa sayur-sayuran.  Selain itu, di lahan kebun juga ditanam rumput untuk pakan ternak. Tentu saja yang menanam dan manfaatnya dirasakan warga Tumbo Baro. 

Sedangkan lahan wakaf yang kosong telah diproduktifkan dengan membangun toko, kandang sapi, lapangan futsal, gedung TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), gudang (tempat penyimpanan aset gampong berupa teratak, alat pecah belah dan panggung). Selain itu, telah didirikan gedung PAUD dan perpustakaan gampong. 

Lokasi lapangan futsal sebagiannya adalah tanah wakaf, sebagian lagi tanah yang dibeli dari pendapatan gampong. Pendapatan gampong berasal dari aset sewa toko, rumah sewa, sewa teratak dan wakaf bersama. 

Pendapatan dari aset lapangan futsal yang dibangun di atas tanah wakaf tersebut, cukup fantastis. Dalam satu  bulan  menghasilkan minimal Rp 10 juta rupiah. Katagori pemakaian lapangan futsal, setiap dua  jam sekali main, dipatok sewa jika malam hari Rp 200 ribu rupiah. Sedangkan siang hari cukup membayar Rp 150 ribu rupiah. Kenapa berbeda?  Karena kalau bermain malam hari  membutuhkan lampu sorot dan biaya listrik. 

TK yang dibangun di atas tanah wakaf cukup aktif. Muridnya berjumlah 50 orang. Ada yang dari Tumbo Baro dan dari gampong tetangga. Sedangkan guru berjumlah enam orang. Kepala sekolah berstatus PNS, sementara gurunya non PNS. Guru direkrut dari warga Tumbo Baro sendiri. Sedangkan guru PNS adalah warga luar yang ditugaskan oleh pemerintah. 

Selain itu, gedung TPA yang dibangun di atas tanah wakaf juga berjalan dengan baik. Para guru dan santri berasal dari tumbo Baro. Insentif guru pengajian dibayar dengan biaya SPP, subsidi pemerintah gampong dan bantuan pemerintah. 

Sementara Perpustakaan Gampong yang dibangun di atas tanah wakaf juga berfungsi dengan baik. Perpustakaan telah diisi dua ribu judul buku. “Buku-buku tersebut berasal dari bantuan masyarakat, selain itu sumbangan dari Perpustakaan Daerah dan dari Perpustakaan Nasional,” kata Khalid Wardana. 

Selain itu, Tumbo Baro mengelola aset tanah wakaf bersama atau tanah wakaf gabungan, yang yang berupa tanah pekarangan Meunasah, kuburan umum dan aset gampong.

Sebagian besar tanah wakaf Tumbo Baro telah bersertifikat. Sertifikat tanah wakaf ini diselesaikan dalam empat tahun terakhir. Sejak 2017 sampai 2020 telah diselesaikan 20 sertifikat tanah wakaf. 

Pengelola aset wakaf adalah Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Tumbo Baro, sedangkan nazirnya Tgk M Syafari SPdI  MSi.

Sungguh harta wakaf banyak manfaatnya dalam membantu peningkatan perekonomian warga gampong, jika pengelolanya kreatif, aktif dan amanah. Semoga akan lahir lagi keuchik berprestasi lainnya dan bisa mengikuti jejak sukses   Khalid Wardana dalam memproduktifkan wakaf. 

Editor: smh

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel