Wakaf Pilihan Bijak

Wakaf Pilihan Bijak
Share

Oleh : Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si


Manusia yang menghadapi sakaratul maut biasanya galau dan apabila memungkinkan diberikan waktu sesaat lagi hidup di dunia, maka ia akan bersedekah atau wakaf. Dengan wakaf atau sedekah yang dilakukan, diharapkan mendapat pencerahan yang baik dalam menjalankan masa-masa dalam kuburan. Di samping itu, harta yang banyak sangat sulit dalam mempertanggungjawabkan di Mahkamah Ilahi. 

Ibnu Qayyim Al Jauzi menjelaskan, mengapa kalau orang diberi waktu untuk kembali ke dunia yang dilakukan bukan shalat, puasa atau ibadah lainya. Ketika orang mengalami sakratul maut ia berandai-andai, “Laula akkhartani ila ajalin karib”, kembalikan kami ke muka bumi sedetik saja pasti kami akan bersedekah atau berwakaf. 

Keinginan berwakaf, pertama, karena sedekah atau wakaf sangat meringankan sakratul maut. Kedua, lampu yang sangat terang di alam kubur bersumber dari wakaf atau sedekah. Ketiga, pintu surga yang paling besar terbuka adalah assakhaya yang dilewati oleh orang dermawan. Keempat, andai ibadah diterima adalah senangnya sedekah atau wakaf. Kelima, paling sulit menghadapi hisap adalah harta, darimana harta didapat dan dikemanakan harta itu. Bagi yang mewakafkan hartanya, walaupun mereka sudah meninggal kebajikan tersebut akan terus mengalir. 

Dengan kebajikan yang laur biasa tersebut, manusia yang bijak tentu akan berusaha seoptimal mungkin berusaha mencari harta yang halal untuk dapat diwakafkan kepada kegiatan-kegiatan yang dapat bergulir secara sustainable untuk kebajikan jangka panjang. Dengan adanya perputaran yang dapat meningkatkan kebajikan bagi mahluk di muka bumi, maka semakin memiliki nilai guna yang bermanfaat bagi mahluk di dunia  ini. 

Berputarnya roda kebajikan dari program wakaf, tentu akan menebarkan kebajikan yang akan diberikan ganjaran berlipat kepada penggagas program mulia tersebut. Mata air kebijakan yang mulia itu sangat penting untuk digagas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat jangka panjang. Program yang berkesinambungan penting digulirkan dengan manajemen yang mumpuni, agar keberkahan dapat diraih dengan baik.

Kebajikan yang dapat mendongkrak perekonomian umat melalui wakaf perlu digelorakan, agar pertumbuhan ekonomi dapat terjadi sebagaimana yang dipraktikkan oleh Rasulullah saw. Program bijak yang mampu membentengi perekonomi umat muslim ini penting dipolakan sesuai perkembangan zaman. Perkembangan teknologi di era digitalisasi ini, seharusnya mempermudah umat manusia dalam mengembangkan wakaf yang berdayaguna optimal.

Kabajikan yang luar biasa dari wakaf, dapat menumbuhkan berbagai sendi perekonomi yang mampu menyejahterakan masyarakat secara merata dan seimbang. Sehingga, kegiatan tersebut mampu memacu andrenalin kebajikan dalam tubuh untuk mampu berbuat yang terbaik bagi sesama. Bebagai kebajikan yang diniatkan sebagai ibadah dengan program yang memiliki nilai guna yang baik, tentu akan meningkatkan harkat dan martabat manusia. 

Peningkatan kesejahteraan para pewakaf  (wakif) menjadi hal utama dan dapat pula melapangkan hatinya, sehingga terbuka peluang berbagai kebajikan yang menyejahterakan dirinya dan bagi penerima manfaat wakaf (mauquf alaih). Satu kebajikan yang ditanamkan, tentu akan tumbuh tujuh ranting dan setiap ranting akan tumbuh sepuluh buah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. 

Keputusan bijak mengeluarkan wakaf, tentu akan membuka berbagai kebajikan dalam jiwa dan raga seseorang, sehingga ia mampu mengendalikan dirinya untuk menghasilkan berbagai kesuksesan dunia dan akhirat yaitu ketakwaan. Semoga kemenangan nyata tersebut menjadi contoh yang dapat dilanjutkan umat manusia dalam menggapai kesuksesan.*

Penulis, Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) dan Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan UNIMAL Aceh, email: apridar@uniki.ac.id

Editor: smh

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel