Teknik Negosiasi dalam Kemitraan Wakaf

Teknik Negosiasi dalam Kemitraan Wakaf
Share

 

Wakafnews.com -- Beberapa hal penting yang harus diketahui dan dikuasai nazhir agar dapat memenangkan perundingan dengan calon mitra. Ini disebut dengan kemampuan melakukan negosiasi meliputi : pentingnya bernegosiasi;  alasan bernegosiasi; tips dan trik bernegosiasi; dan gaya dalam bernegosiasi.

Beberapa hal lain yang harus diperhatikan oleh nazhir yang ingin sukses dalam menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Hal yang sangat penting adalah dia harus menguasai teknik bernegosiasi. Sebuah desain rencana pengembangan yang terbaik sekalipun, tak akan berhasil menarik perhatian para calon mitra, jika nazhir tidak memahami strategi bernegosiasi.

Menurut Buku Strategi Kemitraan Nazhir dan Lembaga Wakaf yang diterbitkan Direktorat Pemberdayaan Wakaf  Dirjen Bimas Islam Kemenag (2015: 70), berhubungan dengan calon mitra, seorang nazhir harus memahami betul pentingnya bernegosiasi. Pada dasarnya, negosiasi adalah merupakan salah satu dari sekian banyak bagian komunikasi yang dilakukan manusia. Meskipun setiap manusia pasti pernah dan harus melakukan komunikasi dalam kehidupannya, sejak lahir hingga sejenak akan meninggal dunia, tidak setiap manusia mengerti bagaimana berkomunikasi yang baik.

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, “communico” yang artinya dalam bahasa Inggris adalah “to share”, yang berarti membagikan sesuatu. Dalam hal ini dapat diartikan, komunikasi adalah proses memberi dan menerima dari satu pihak kepada pihak lainnya. Komunikasi menjadi faktor penting yang harus ada dalam kehidupan setiap manusia, hingga hampir semua sikap, tindakan, dan pembicaraan manusia merupakan bentuk komunikasi.

Besarnya peranan komunikasi dalam hidup manusia memancing timbulnya penelitian secara ilmiah untuk mengetahui jumlah waktu yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Hasil penelitian Berlo tahun 1980 menunjukkan, 70% waktu aktif manusia di Amerika Serikat digunakan untuk berkomunikasi.

Dalam teori-teori komunikasi disimpulkan, komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada pihak lainnya, dengan berbagai cara dan tindakan. Komunikasi dikatakan berhasil jika kedua pihak saling memahami. Sebaliknya, kegagalan komunikasi terjadi jika tidak adanya saling memahami pesan yang disampaikan masing-masing pihak, misalnya terjadi kesalahpahaman.

Buku Strategi Kemitraan Nazhir dan Lembaga Wakaf  menguraikan, dalam hubungan dengan bernegosiasi, kegagalan berkomunikasi akan menyebabkan gagalnya komitmen kesepakatan yang akan dicapai bersama atau pembatalan kerjasama yang sedianya akan berlangsung. Jadi, sangat penting melakukan negosiasi yang baik, dengan tujuan tercapai kesepakatan dan kerjasama antara nazhir dengan calon mitra.

Selain komunikasi sebagai sarana penyampaian informasi, beberapa fungsi komunikasi yang sangat relevan dengan pentingnya bernegosiasi, dalam hal ini antara nazhir dengan calon mitra, yaitu, pertama, untuk memengaruhi, mendorong, memotivasi pihak lain untuk mengikuti, menyetujui, atau mendukung ide yang kita berikan; Kedua,  memperkenalkan nilai-nilai/ paradigma yang baru kepada pihak lain dengan tujuan agar dia turut mendukung, menyebarkan, dan menggunakan nilai-nilai tersebut.

Dalam tugas seorang nazhir menjalin kemitraan, urgensiurgensi tersebut harus selalu menjadi perhatian.

Hanya dengan melakukan negosiasi yang baik, seorang nazhir dapat memengaruhi, mendorong, dan memotivasi calon mitra untuk menyetujui dan mendukung secara optimal pengembangan wakaf produktif. Hanya dengan melakukan negosiasi pula, seorang nazhir akan dapat memperkenalkan sebanyak mungkin kepada calon mitra, paradigma tentang wakaf produktif yang penuh dengan prospek cerah, sehingga calon mitra tersebut menjadi tertarik dan ikut bergabung.

Buku Strategi Kemitraan Nazhir dan Lembaga Wakaf  memberi jawaban, mengapa nazhir melakukan sebuah proses negosiasi? Sama halnya dengan berkomunikasi secara umum, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan negosiasi.

Pertama, proses menemukan sesuatu. Dalam bernegosiasi seorang nazhir akan menemukan mana calon mitra yang bisa diandalkan, dan mana yang lebih baik tidak dilanjutkan;

Kedua, proses membina dan memelihara hubungan. Dengan melakukan negosiasi, seorang nazhir membina hubungan dengan calon mitra, dan kemudian memeliharanya dengan melakukan negosiasi-negosiasi tahap berikutnya;

Ketiga, proses meyakinkan dan memengaruhi. Selama melakukan negosiasi, seorang nazhir harus dapat meyakinkan dan memengaruhi calon mitra, bahwa kerjasama ini akan berprospek cerah dunia akhirat;

Keempat, untuk kepuasan. Seorang nazhir yang berhasil melakukan negosiasi dengan calon mitra akan merasakan kepuasan yang sangat besar, sehubungan dengan target pekerjaannya dan juga berhubungan erat dengan kebanggaan pribadinya bahwa ia telah melakukan tugas dengan baik dan ini merupakan sebuah prestasi yang baik, dunia akhirat.

Tips dan Trik Bernegosiasi

Mencegah kegagalan dalam bernegosiasi dilakukan dengan cara memahami tips dan trik dalam bernegosiasi, yang harus juga dilatih dalam berbagai kesempatan. Adapun beberapa tips dan trik bernegosiasi diantaranya: mengenal dan memahami lawan bicara, misalnya dengan menyebut namanya ketika bicara; memahami dengan jelas tujuan melakukan negosiasi, sehingga tidak melantur; selalu memerhatikan konteks pembicaraan dalam bernegosiasi, sehingga tidak terjadi miskomunikasi; memahami kultur lawan lawan bicara, sehingga tidak menyinggung perasaannya.

Tips dan trik lainnya dalam bernegosiasi:  memahami bahasa yang digunakan oleh lawan bicara, baik verbal maupun non verbal;  menunjukkan sikap positif dan bersemangat ketika melakukan negosiasi; memerhatikan penampilan diri ketika melakukan negosiasi; dan tetap mengucapkan terima kasih meski hasil atau kesepakatan yang diharapkan tidak tercapai.

Pada intinya, menurut buku tersebut, kiat keberhasilan negosiasi terletak pada seberapa positif sikap kita terhadap lawan bicara, dalam hal ini calon mitra. Semakin positif, tulus, dan bersemangat kita dalam bernegosiasi, akan semakin besar kemungkinan calon mitra akan tertarik menjalin hubungan kerjasama dengan proyek wakaf yang sedang kita jalankan.

Gaya Bernegosiasi

Tak kalah penting juga diketahui adalah gaya dalam bernegosiasi. Setaip orang punya gaya tersendiri dalam berkomunikasi, termasuk dalam melakukan negosiasi. Secara umum, ada tiga gaya manusia bernegosiasi, yaitu: negosiasi asertif, negosiasi pasif, dan negosiasi agresif.

Negosiasi asertif adalah bentuk negosiasi dimana baik si penyampai maupun si penerima mendapat manfaat yang optimal dari negosiasi ini. Maksud yang disampaikan nazhir dapat ditangkap dengan jelas dan terang oleh calon mitra. Selain itu, negosiasi jenis ini dijamin tidak akan meninggalkan perasaan sakit hati atau tidak nyaman bagi salah satu pihak.

Negosiasi pasif adalah bentuk negosiasi dimana kedua pihak sama-sama tidak membuka diri lebih lanjut. Komunikasi hanya berjalan satu arah atau bahkan tidak berjalan sama sekali. Negosiasi bisa jadi hanya berupa tanya jawab singkat yang kurang mendatangkan manfaat.

Negosiasi agresif adalah bentuk negosiasi dimana terjadi “penyerangan verbal” dari satu pihak ke pihak lain. Contoh kongkretnya ketika nazhir terlalu bersemangat melakukan negosiasi, sehingga terkesan memaksa. Hal ini membuat calon mitra menjadi tidak nyaman dan tidak heran jika kemudian ia memutuskan untuk membatalkan kerjasama.

Hal ini sangat penting pula dipahami oleh nazhir, agar tidak mengambil gaya bernegosiasi yang kurang tepat, yang berakibat gagalnya menjalin hubungan kemitraan. (smh)

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel